🌏 Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024...




Tim dari KLHK Gelar Diskusi Penanganan Limbah dengan Green Garbage 



PALEMBANG- Diskusi itu berlangsung dalam suasana santai tapi cukup serius. Disebut santai karena digelar di halaman terbuka di lingkungan PT Lembaga Green Garbage di Jalan KH Ahmad Dahlan No.63, Kota Madya Palembang. 


Dibilang cukup serius, ya, karena materinya memang tak main-main, yaitu menyangkut upaya penanganan limbah cair, antara lain dari pabrik tahu, pabrik minyak kelapa sawit, dan peternakan sapi. 


Hal serius lainnya, diskusi yang berlangsung selama tiga jam pada Rabu (27/3/2024) tersebut melibatkan tiga pejabat fungsional dari Direktorat Pengendalian Pencemaran Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang terbang langsung dari Jakarta. Mereka adalah Salman Anwar, Harni Sulistyowati, dan Eti Purwati. Tampil sebagai narasumber, Direktur Green Garbage Syamsul Bahri Alwie.


“Diskusi berlangsung sangat menarik. Tim dari KLHK antusias sekali menanyakan hal-hal detil mengenai  kemampuan fermentor dan bioremediator kami dalam proses pengolahan limbah cair,” tutur Syamsul Alwie kepada satgasnasNews, usai diskusi tersebut… 🔻



NUSANTARA REBORN

Melihat Banten Pada Masa Kejayaannya



BERSYUKUR bisa mengunjungi Banten. Sebuah daerah Kesultanan yang  pada masa kejayaannya menjadi kota pelabuhan terbesar di Nusantara. 


"Berbagai suku bangsa dari banyak  ras dan berlatar budaya beragam bisa saling bertegur sapa dalam nuansa perdagangan kelas dunia," ujar Oman Abdul Rochman, Aktivis dan Pegiat dan Pengamat Seni Budaya Nusantara.


Kesultanan Banten didirikan Sunan Gunung Jati yang tidak pernah memerintah sebagai sultan di sana. Tetapi beliau mengangkat anaknya bernama Maulana Hasanudin menjadi Sultan di Banten. Artinya Sultan Maulana Hasanudin adalah raja atau sultan pertama di Kesultanan Banten.


Selanjutnya di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa Banten mencapai puncak kejayaannya hingga terkenal se-antero dunia. Bahkan, menurut tuturan dari banyak  orang yang faham akan perjalanan Kesultanan Banten. ada masa dimana raja-raja di Nusantara baru bisa menjadi raja setelah dikukuhkan  gelar rajanya oleh Sultan Banten.


Sayangnya, campur tangan Belanda dan Kerajaan Inggris dengan politik pecah belahnya, membuat kejayaan Kesultanan Banten menjadi berkurang. 


Melalui Sultan Haji, Belanda dan Kerajaan Inggris mencoba memasukkan kekuasaannya ke dalam lingkungan Kesultanan Banten. 


Belanda dan Kerajaan Inggris mangadu domba Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa bapaknya sendiri. 


Belanda dan Kerajaan Inggris terus menerus mempengaruhi Sultan Haji dengan menghasutnya bahwa kelak jika Bapaknya tidak dikudeta, kekuasaan akan diserahkan kepada orang lain. Inilah pintu masuk Belanda dan Kerajaan Inggris untuk mengusai Kesultanan Banten.



Yang terjadi setelah itu, meski Sultan Haji berhasil menjadi sultan di Kesultanan Banten namun masa kekuasaannya hanya sebentar.


Tetapi karena saat meminta bantuan kepada Belanda dan Kerajaan Inggris untuk bisa mengalahkan bapaknya, dirinya terperangkap dengan adanya perjanjian yang merugikan

Kesultanan Banten.


Akibatnya Kesultanan Banten menjadi dilemahkan. Belanda dan Kerajaan Inggris dengan leluasa mengatur segala hal yang dimauinya. Kedua bangsa ini memiliki hak penuh  memonopoli rempah-rempah di wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.   


Banten atau Kesultanan Banten sekarang tetap menjadi daerah yang menarik bagi banyak pihak yang ingin berkuasa dan menguasainya.


Keeksotisan Banten atau Kesultanan Banten dimata pihak lain atau para pemilik modal tidak akan surut meski banyak upaya untuk melemahkan perannya.


Banten atau Kesultanan Banten tetaplah Banten. Sebuah Kesultanan yang dulu pernah mencapai masa kejayaannya hingga ke mancanegara. 


"Sebagian yang dekat dengan Banten atau Kesultanan Banten masih berharap marwah Banten atau Kesultanan Banten  akan bisa terus terjaga. Semoga..." Tutup Oman.*




Komentar & Pesan
Nama
Email *
Pesan *
Pesan dan komentar Anda tidak di publikasikan. Terimakasih.

         


Video Pilihan



    Membangun Untuk Indonesia  ...
    Berita Lalu

    Video Pilihan

    • Sambut Hari Lahir Pancasila;
      Warga Perkutut 2 RT 010/023 Hadirkan Keg…
    • Pemkot Bekasi Hadir di Acara Peresmian K…
    • 2 Lurah Kota Bekasi Sabet Penghargaan Pa…
    • Wamen ATR/Waka BPN:Wamen ATR/Waka BPN:
      Kementerian ATR/BPN Lembaga yang Diamana…

    • Resmi Dilantik;Resmi Dilantik;
      Tri Adhianto Sebagai Ketua KONI Kota Bek…
    • Sinéad O'ConnorSinéad O'Connor
      Pelantun Nothing Compares 2 You Ini Ungk…
    • Bazaar UMKM RamadhanBazaar UMKM Ramadhan
      Di Kecamatan Bekasi Utara, Camat Ajak Pe…
    • Mengurangi Nyeri dan Panas di Tenggoroka…
    • Plt Ketua TP PKK Kota Bekasi Tinjau Pela…


    Ibu Mengepel Lantai Setiap Hari 



    Ibu mengepel lantai setiap hari dan mewajibkan kami selalu mencuci tangan

    sebelum dan sesudah melakukan apa saja. 


    “Kita harus bersih,” katanya, 

    “sebab kuman selalu tidak terduga.”

    Memang,  kuman selalu tak terduga,  

    maka menjadi bersih adalah niscaya. 


    Kata ibu, udara berserbuk di sekitar kami

    —mengandung debu, pasir, dan karbon. 


    Juga suara-suara bising semacam fitnah 

    selalu ingin masuk ke hati kami 

    lewat telinga. 


    Juga, gambar-gambar biru, hitam, abu-abu, dan jingga selalu menuntut mata merekamnya agar tertanam menjadi ingatan di kepala kami.

    Ingatan yang abadi


    Ibu mengepel lantai setiap hari.

    Belakangan kami tahu kalau ibu

    hanya ingin menghapus jejak ayah

    dari rumah, dari kenangan, 

    yang seluruhnya kesedihan.


    Ibu hanya ingin tak sedih 

    membayangkan ayah, 

    sebelum laki-laki itu  menjelma jadi burung,  

    sebelum terbang meninggalkan sarang. 


    “Sebelum dia terkontaminasi,”  

    Igau ibu dalam mimpi. 


    Memang, ayah telah terkontaminasi, 

    sejak kuman-kuman menggerogoti hatinya, 

    hingga sering pulang tanpa membawa hati.


    Tapi Ibu sebetulnya terkontaminasi, 

    kuman-kuman lain menggerogoti hatinya, 

    seperti sekawanan rayap menggerogoti kaki-kaki meja. 


    Sebelum rubuh, 

    Ibu mengaduk karbol ke dalam gelas susu:

    “Minumlah!” katanya, 

    “Sebab bersih adalah niscaya!” 


    •Budi Hatees











    “Manusia pada dasarnya adalah binatang politik." •Aristoteles 

      • 13 Orang DitangkapBareskrim Ungkap Pered…
      • Ciptakan Investasi yang Aman;Kota L…

      • Indra Gunawan Bedah Manfaatnya;BPN Kota …
      • Ini Dia Suasana Terwujud;Pelayana Prima …
      • Ganti Nama KKB di Papua Menjadi OPM"Tida…
      • DPP AMI; Mendukung Penuh TNI-Polri …
      • Hampir Rp.200 Triliun; Bos Real Est…
      • Komisi II DPR RI Apresiasi Adanya Sertip…
      • Iqbal Irsyad Resmi Mendaftarkan Diri Seb…
      • Warga Jalan H Amsir Pawai Obor Sambut Ra… 
      • Ribuan Massa Hadiri Aksi Bekasi Bersama …



    Follow:

    Facebook  Twitter  Instagram  Youtube     

    •Media Partner 

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar