KOTA TUA SERIBU KALI
INI bukan sekadar catatan ringan tanpa arti. Tapi ini upaya mencari kebenaran sebagai pembuktian bahwa dulu yang namanya Kota Tua punya peradaban kali (sungai). Ciri-ciri sebuah wilayah disebut sebagai Kota Tua, salah satunya memiliki banyak kali. Konon di masa itu, satu-satunya alat transportasi yang memungkinkan masyarakatnya melakukan aktivitas dari hulu hingga ke hilir atau sebaliknya, ya melalui jalur kali. Sayangnya, makin ke sini semakin banyak kali yang diubah fungsi. Kali tidak lagi menjadi jalur utama transportasi. Tetapi kali menjadi tempat pembuangan atau malah dibikin menjadi kali mati, diurug, dibeton, dipondasi, dijadikan tempat mendirikan bangunan untuk usaha dalam upaya meningkatkan ekonomi. Kali yang awal-awalnya berukuran lebar kemudian menjadi menyempit. Sebagai tempat mengalirnya air dari hulu ke hilir, seharusnya kali menjadi solusi untuk pencegahan terjadinya banjir. Jika fungsi kali tidak mengalami perubahan secara fisik, sayangnya ukuran lebar kali pelan tapi pasti berubah dan terus mengecil bahkan akhirnya hilang ditimbun tanah. Hari-hari belakangan ini, Kota Tua menjadi sorotan warga se-Nusantara. Keberadaan kalinya yang entah bagaimana wujudnya. Dengan semangat Ngurus Lembur Nata Kota oleh Gubernur, akan dikembalikan lagi kewujud asalnya. Kali sebagai jalur air dimaksimalkan lagi. Entah sudah berapa bangunan liar yang berdiri di atas atau di pinggir kali dirobohkan. Belum lagi jembatan yang ternyata begitu dibongkar menjadi tempat mengendapnya sampah selama bertahun-tahun dan menimbulkan dampak banjir di sekitarnya. Tentu ada yang suka dan tidak suka dengan langkah yang diambil Gubernur. Yang suka tentu punya alasan karena melihat kali berfungsi kembali secara maksimal. Yang tidak suka juga punya alasan untuk menjelaskan ketidaksukaannya. Dibutuhkan keberanian Gubernur untuk membuat langkah yang tidak populer di mata masyarakatnya. Dalam satu peristiwa diceritakan bagaimana seorang walikota di Fudai, Jepang, namanya Kotaku Wamura dijuluki sebagai Walikota Terbodoh dan Terboros karena menghabiskan tiga puluh juta dollar untuk membangun tembok di tepi laut setinggi 15 meter, lebih tinggi dari kota-kota lainnya yang hanya membangun tembok setinggi 6 meter. Sampai ajal menjemputnya, Kotaku Wamura masih dianggap sebagai Walikota Terbodoh dan Terboros. Sampai akhirnya di 2011 saat tsunami melanda Jepang. Berkat tembok yang dibangun Wamura, Kota Fudai terhindar dari musibah besar tersebut, ribuan nyawa warganya terselamatkan. Orang baru menyadari kalau Sang Walikota memiliki pandangan jauh kedepan demi rakyat yang dipimpinnya. Apalagi ini langkah seorang Gubernur. Semoga saja punya semangat yang sama seperti yang dilakukan oleh pejabat satu tingkat di bawahnya. Selamat bekerja Gubernur, teruslah bersinergi dengan para Bupati, Walikota serta semua pihak terkait. Selamat mewujudkan harapan banyak orang demi merasakan keadilan dan kesejahteraan di Tanah yang berlandaskan Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi dan memberkati. Semoga Kota Tua Seribu Kali kembali menjadi Kota yang menjanjikan pemerataan di segala segi kehidupan...
Budaya Sunda: Makna Ikat Kepala Dedi Mulyadi
MENJADI perbincangan menarik akan sosok Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang dalam kesehariannya selalu mengenakan ikat kepala putih. Namun, sebagian orang mempertanyakan ikat kepala Dedi Mulyadi bukan berasal dari budaya Sunda, tapi cenderung mencangkok ikat kepala dari Bali. Iket kepala putih yg dililitkan di kepala KDM (bukan produk jadi tapi tapi kain putih yang dililitkan di kepala dengan tehnik tertentu). Menurut Dr. Nana Sutresna intelektual orang Sunda, sebenar nya bermakna simbolik dan spiritual yaitu untuk mengendalikan pemikiran yang liar. "Diyakini oleh masyarakat Nusantara, bukan Hindu Bali saja perlunya Ikat Kepala untuk menjunjung, menghormati, melindungi isi pemikiran yang ada di kepala", jelasnya. Menurut Maman Gantra. wartawan senior asal Bandung yang tinggal di Jakarta menduga gaya iket KDM (Kang Dedi Mulyadi) memang lebih terinspirasi Bali. Namun dijelaskan, Iket Sunda sendiri bermacam ragam, seperti iket gaya KDM, itu hanya salah satunya saja. Bahkan tren pemakaian iket di Jawa Barat sekarang ini, banyak yang memakai disain mirip ke Bali atau Jawa, lebih karena alasan praktis dan ekonomis saja -- bayak ditawarkan di market place. Lanjut Maman, sementara itu ada yang berpendapat leluhur Bali itu dari Sunda, termasuk dari sejumlah orang Bali sendiri. (Karenanya, pembangunan pura di kaki Gunung Salak tempo hari sangat didukung masyarakat Bali, karena dianggap pulang kampung. Bahkan, ada yang berpendapat "ajaran Sunda" yang sekarang "dipinjam" Bali itu suatu saat akan diambil kembali oleh orang Sunda). Misalnya seperti kesamaan Budaya Bali akan ajaran Tri Tangtu di Buana, juga dikenal dalam literasi Sunda yang .merupakan bagian dari Ajaran Galunggung termaktub dalam kitab Siksa Kanda'Ng Karesian. (Mungkin juga termaktub dalam kitab Kabuyutan Garut yang direproduksi ulang dalam daun lontar sejak abad 14 lalu - (redaksi). Diungkapkan Dr. Nana Sutresna, Sunda dan Bali mengacu pada prespektif budaya dan keyakinan yang sama. Dulu kita mengenal sunda besar dan sunda kecil. Kata sunda bukan merujuk kepada nama suku akan tetapi mengacu kepada peradaban, dimana sejak dulu aksara Sunda sudah Exis dengan literasi simbol ha na ca ra ka dan seterusnya, menjadi bangsa dengan peradaban tinggi di samping china, mori dan seterusnya. Melunturnya peradaban keyakinan orang Sunda menurutnya, tergantikan dengan seiring hadirnya agama agama samawi (taurat, zabur, injil dan quran) dan agama ardi (hindu, budha, dan seterusnya). Agama atau keyakinan asli Indonesia yaitu kapitayan yang merupakan akar dari aliran kepercayaan sunda wiwitan, kejawen dan bali mule. (Orang Sunda Baduy mengenal Adam dalam kultur spiritualnya, dimana hanya memuja Sang Hyang Tunggal atau Sang Hyang Widhi saja, seperti dipercaya oleh Hindu Bali - (redaksi). Hubungan peradaban Sunda di Nusantara, menurut Dudi Edu Kusdian, peneliti dari Mediadata diantaranya dijelaskan dengan sosok Sanjaya yang menjadi pendiri Wangsa Sanjaya Kerajaan Mataram Kuno atau Medang, Sanjaya adalah cucu dari Raja Sunda Terusbawa dari garis selir dan cucu Ratu Shima Kalingga di Jawa Tengah yang berasal dari Sunda juga. Bahkan perang saudara Sanjaya (penguasa Kalingga, Galuh dan Pakuan) dengan Sena cucu Terusbawa dari garis pernaisuri bisa dihindarkan, berkat diplomasi Raja Sriwijaya Dharmawangsa yang isterinya adalah puteri Terusbawa atau bibinya Sanjaya sendiri. Sena pun akhirnya dinobatkan menjadi penguasa raja Sunda Lanjut Dudi, dari segi peradaban budaya saja, untuk kesenian tradisional Sunda sekarang ini tercatat 200 lebih jenis kesenian yang ada. Bahkan musik Sunda memiliki tangga nada universal datimilada. Untuk Gending Sriwijaya misalnya, ada menyentuh bagian dari laras pelog Karawitan Sunda. Maman Gantra menerangkan kehadiran gubernur KDM dengan terobosan pemimpin yang memiliki visi berbasis budaya sunda (sebagai warisan nilai nilai peradaban, bukan suku menyempit sebagai suku sunda), adalah pangbeberah manah (penyenang jati) atas kebangkrutan "Budaya/Manusia Sunda" selama ini. "Manusia Sunda kehilangan jatidirinya selama ini, setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Dimana tatanilai sistem sosialnya menjadi cenderung feodalistik oleh Kerajaan Mataram, padahal mungkin basisnya egaliter seperti Sunda Baduy yang tidak memiliki undak usuk atau tingkatan bahasa," tekan Dudi.*
SEMOGA
BANJIR kembali mampir ke Kota Bekasi, banjir kali ini bisa dibilang lebih luar biasa dibandingkan dengan yang terjadi di lima tahun sebelumnya, separuh kota nyaris lumpuh, tidak bergerak karena sekelilingnya dikepung banjir yang ketinggiannya bahkan ada yang mencapai wuwungan rumah.
Apakah peristiwa ini dikatakan musibah? bisa ya bisa tidak. Bisa juga karena kelalaian dalam penataan kota dalam mengantisipasi peristiwa serupa. Bicara atau sekadar komentar memanglah gampang, apalagi kesannya sampai menyalahkan. Karena untuk mewujudkan yang ideal itu diperlukan anggaran yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti ini seharusnya para stakeholder atau penggambil kebijakan duduk bareng untuk sama-sama berpikir dan berbuat menjawab persoalan banjir tadi. Sekian tahun lalu, pernah terlontar gagasan dari seorang birokrat yang akhirnya memilih menjadi akademisi dalam mencari solusi perihal mengatasi banjir.
Menurutnya, dari bentangan Kali Bekasi diukur dari garis sungai sepanjang batas wilayah Kota Bekasi, mulai dari Kali Cikeas hingga ke bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, idealnya dibuatkan beberapa embung air di sisi kiri-kanannya dengan luas dan jarak yang sudah ditentukan ukurannya. Tujuannya untuk membuat sodetan jalur air yang bila batas ketinggiannya melewati ukuran normal, maka lajunya bisa dibelokkan ke embung-embung dimaksud. Bagaimana dengan kebutuhan anggarannya? Semua itu bisa dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Termasuk jika ada upaya pembebasan lahan berbentuk perumahan yang memang saban waktu kebajiran, apa salahnya direlokasi atau diberi ganti untung untuk kemudian tempat tersebut dijadikan danau atau apalah namanya dengan fungsi sebagai area resapan air. Tentunya dimulai dengan pendekatan humanis kepada warga yang berdomisili di sana.
Hal lain, tentunya dibutuhkan ketegasan Pemerintah Daerah Kota Bekasi dalam menghadapi keinginan para investor yang ingin berinvestasi di Kota Bekasi. Jangan mentang-mentang mereka punya modal lantas dengan seenaknya menentukan daerah mana yang diinginkan untuk dibangun area bisnis atau apapun dengan menabrak cetak biru pembangunan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Daerah Kota Bekasi yang sudah disetujui para wakil rakyat di parlemen. Dengan kata lain, investor harus mengikuti agenda pembangunan Kota Bekasi sesuai peruntukkannya, bukan sebaliknya Pemerintah Kota Bekasi mengikuti maunya investor. Akibatnya arah penataan kota menjadi tidak jelas akibat tumpang tindih kepentingan. Semoga kedepannya banjir air tidak lagi hadir di Kota Bekasi. Tetapi justru banjir investor yang ikut berkontribusi dalam mewujudkan Kota Bekasi menyejahterakan warganya.
Selamat bebersih rumah atau ruang kantor, tempat olah raga, warung, ruko, pasar, ruang kelas dan lainnya. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang melaksanakannya. Selamat berburu takjil menjelang bedug Magrib dan salam sehat untuk semua.*
_____________________________

Kantor Samsat Diserbu untuk Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi Hadiri Halal Bihalal di DPRD Kota Bekasi
Alex Ziblo Siap Maju Jadi Calon Ketua DPD PAN Kota Bekasi
Liburan Lebaran di Pantai Pulau Putri Karawang
Brigjen Purn.TNI (AD) H. Kemal Hendrayadi
Prihatin Adanya Pagar Laut di Bekasi
Rotasi Besar-Besaran di ATR/BPN
_____________________________
Diskominfostandi Kota Bekasi Bahas Penyusunan Rancangan Renja Tahun 2026
_____________________________
Memastikan Bakal Melanjutkan Pembongkaran Pagar Laut Misterius
_____________________________
Polri Sukses Bongkar 3 Situs Judol Sindikat Internasional
_____________________________
Pelarangan "Peliputan" Bisa Dijerat UU Pers No. 40 Tahun 1999
Prof. Retno Purwani Setyaningrum:
Kabar Pilihan
e Digital Cover Magazine SatgasnasNews …
JEJAK VIDEO


Tidak ada komentar:
Posting Komentar