Kreativitas Warga, Fondasi Baru Ketahanan Pangan Nasional
Ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi urusan seluruh rakyat. Di tengah ancaman perubahan iklim, kenaikan harga bahan pokok, tingginya harga pupuk dan keterbatasan lahan, masyarakat justru memiliki potensi besar untuk berperan aktif melalui kreativitas dan inovasi di lingkungan masing-masing.
@satgasnasNews™📎JAKARTA
Di banyak daerah, sudah mulai tumbuh kesadaran warga masyarakat, seperti menanam sayur mayur di pekarangan, budidaya ikan, hingga mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. Sebuah langkah positif dana kreatif. Inilah bentuk nyata kemandirian pangan berbasis rumah tangga yang sederhana namun akan berdampak luas. Ketahanan pangan sejati justru lahir dari gerakan kecil seperti ini, dari kesadaran bahwa setiap keluarga dapat memproduksi sebagian pangannya sendiri.
Lebih dari itu, kreativitas masyarakat juga tampak dalam pengolahan bahan pangan lokal. Talas, singkong, dan sorgum kini mulai diolah menjadi produk modern yang bernilai ekonomi. Dengan sentuhan inovasi, bahan sederhana dapat menjadi sumber penghasilan baru dan memperkuat ekonomi lokal.
Di sebuah tatar pedesaan Garut Utara, sekelompok warga yang tergabung dalam Forum Ketahanan Pangan Kecamatan Cibatu, mendorong masyarakatnya untuk menanam talas, pepaya dan kacang sacha inchi yang hasil panennya disamping dipasarkan, juga dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang diyakini akan mendapat respon positif dari pasar. Dengan demikian masyarakat akan mendapat penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutihan keluarga.
Namun gerakan kreatif ini sangat diharapkan mendapat perhatian dari Pemerintah (Daerah), jagan dibiarkan berjalan sendiri. Pemerintah harus hadir untuk memperkuat dukungan terhadap gerakan semacam ini, bukan hanya dengan bantuan fisik, tetapi juga pendampingan, pelatihan inovasi, dan akses informasi. Dunia pendidikan pun perlu mengubah paradigma: pertanian bukan sekadar pekerjaan tradisional, melainkan bidang yang penuh potensi kreatif dan teknologi masa depan.
Ketahanan pangan bukan hanya soal produksi beras, jagung atau komoditas pangan lainnya, melainkan soal kemandirian, distribusi, dan pola konsumsi. Ketika masyarakat mampu menghasilkan dan mengolah pangannya sendiri, ketergantungan terhadap pasokan luar akan berkurang. Itulah bentuk kedaulatan pangan yang sesungguhnya.
Maka, membangun ketahanan pangan harus dimulai dari rumah, dari desa, dan dari tangan-tangan kreatif warga sendiri. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, bangsa ini dapat berdiri tegak menghadapi berbagai krisis pangan global. Karena sejatinya, ketahanan pangan adalah karya bersama rakyat yang kreatif dan peduli terhadap masa depan bangsanya.[*]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar